Medan, Rizk News – Serangan bom asap terjadi pada saat Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, sedang dalam kampanye pemilihan lokal di Wakayama, Jepang. Meskipun serangan tersebut menggemparkan publik, Kishida berhasil dievakuasi dengan cepat dan berlanjut ke kegiatan selanjutnya.
Namun, serangan ini tetap mengkhawatirkan karena Jepang merupakan salah satu negara paling aman di dunia dengan kontrol senjata yang sangat ketat. Selain itu, serangan bom asap ini terjadi kurang dari satu tahun setelah mantan Perdana Menteri Shinzo Abe dibunuh dalam situasi yang sama ketika sedang memberikan pidato di depan kerumunan massa dalam kampanye pemilihan.
Meskipun terdapat perbedaan antara serangan tersebut, Kishida berhasil dievakuasi dengan cepat dan pelaku berhasil ditangkap. Namun, beberapa orang di media sosial menunjukkan bahwa orang pertama yang berhasil menangkap pelaku adalah seorang nelayan yang berada di kerumunan itu.
Serangan terhadap Kishida ini mengingatkan kembali tragedi pembunuhan Shinzo Abe dan mengundang pertanyaan tentang apakah pembunuhan tersebut bisa menginspirasi peniruan.
Kampanye pemilihan di Jepang sangat dekat dengan kerumunan orang, yang mengakibatkan risiko keamanan. Namun, terlepas dari kejadian ini, serangan kekerasan di Jepang sangat jarang terjadi dan publik cenderung santai dalam situasi kampanye.
Para ahli keamanan menyarankan agar dalam kegiatan kampanye, jarak antara pemimpin politik dan kerumunan orang harus lebih dijaga. Setelah insiden pembunuhan Shinzo Abe, keamanan terhadap politikus meningkat, tetapi ada rasa gugup yang lebih tinggi.
Seiring dengan semakin banyaknya detail tentang serangan terbaru ini, publik Jepang dan dunia internasional mungkin akan mengevaluasi kembali kesiapan Jepang untuk menghadapi keamanan nasional dan mendorong pemerintah untuk lebih memperketat pengawasan keamanan pada situasi kampanye pemilihan.